I. Judul
Praktikum dan Tanggal Praktikum
a. Judul
Praktikum :
Respirasi Serangga
b. Tanggal
Praktikum :
20 Januari 2015
II. Tujuan Pengamatan
· Mengetahui
kecepatan respirasi pada hewan (serangga), yaitu jangkrik
· Mengetahui
pengaruh berat serangga terhadap laju respirasi
III. Dasar Teori
Bernafas merupakan salah
satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama
artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua
istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti
menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari
lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke
lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti
suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel
guna memperoleh energi.
Respirasi bertujuan
untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan
untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan
reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan
karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen
tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan
selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2)
dikeluarkan melalui proses pernafasan.
Karena hewan-hewan
tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga
oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah
pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua
istilah itu tidak mutlak.
Alat pernafasan hewan
pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat
pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan
cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara
difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam
darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut
dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah
merah (eritrosit).
Laju metabolisme adalah
jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju
metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen.
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai
berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6
CO2 + 6H2O + ATP
Laju respirasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a) Ketersediaan
substrat
Tersedianya substrat
pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan
mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi
masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju
respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi
jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
b) Suhu.
Pengaruh faktor suhu
bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya
laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian
kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies.
Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan
yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat
pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan
mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan
bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan
tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam
system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar
melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh
besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh
kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Corong hawa (trakea)
adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya.
Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris
yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk
lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea
dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang
disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh
bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh
sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan
sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada
sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada
serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung
trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah
tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain.
O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal
yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan
demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya
tekanan CO2dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di
udara.
IV. Alat
dan Bahan
1. Respirometer
sederhana
2. Neraca
3. Jangkrik
4. Kristal
NaOH (KOH)
5. Larutan
eosin
6. Plastisin/vaselin
7. Kapas
8. Pipet
tetes/ jarum suntik
9. Stopwatch/
pengukur waktu
Keterangan :
· Alat
Respirometer : Untuk
mengukur laju pernapasan.
Neraca : Untuk menimbang berat .
Stopwatch : Untuk mengukur waktu
Plastisin : Untuk menutup rongga pada tabung
spesimen agar udara tidak masuk.
Siringe : Untuk menyuntikkan/memasukkan eosin ke
dalam pipa skala.
· Bahan
Jangkrik : Sebagai preparat yang akan di ujikan
NaOH : Untuk mengikat CO2 agar
pergerakan eosin karena O2.
Kapas : Agar spesimen yang akan dimasukkan tidak
bersentuhan dengan KOH
Eosin : Untuk mengikat O2 atau
mengetahui pergerakan respirasi
V. Langkah
Kerja
1) Timbanglah
serangga yang akan dipakai untuk praktikum
2) Bungkuslah
Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung respirometer.
3) Masukkan
jangkrik atau belalang yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol
respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala.
4) Oleskan
vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
5) Tutup
ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian lepaskan dan
masukkan eosin dengan menggunakan pipet /syiring.
6) Amati dan
catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10
menit.
7) Lakukan
percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 6) menggunakan jangkrik atau
belalang lain dengan ukuran yang berbeda.
V I. Hasil
No.
|
Jenis Serangga
|
Berat
|
Kedudukan Eosin
pada Menit ke-
|
Jumlah udara
pernafasan 10 menit (ml)
|
Rata-rata
|
|||||
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
||||||
1
|
Jangkrik 1
|
2 gr
|
0,005
|
0,02
|
0,15
|
0,18
|
0,3
|
0,655
|
0,13
|
|
2
|
Jangkrik 2
|
1,8 gr
|
0,14
|
0,26
|
0,33
|
0,50
|
0,58
|
1,81
|
0,36
|
|
3
|
Jangkrik 3
|
2,2 gr
|
0,19
|
0,31
|
0,31
|
0,52
|
0,59
|
1,92
|
0,38
|
|
4
|
Jangkrik 4
|
1,7 gr
|
0,15
|
0,31
|
0,46
|
0,54
|
0,66
|
2,12
|
0,42
|
|
Deskripsi Kondisi Jangkrik :
Jangkrik
1
Memiliki berat 2 gram, tidak aktif dan diam. Jika dibandingkan
dengan jangkrik yang lain jangkrik 1 kecepatan laju pernafasannya sangat lambat
meskipun memiliki berat cukup besar tapi karena tidak melakukan banyak
gerakan/aktivitas menyebabkan laju pernafasannya berlangsung lambat.
Jangkrik
2
Memiliki berat 1,8 gram, ada akrivitas berupa gerakan kaki
Jangkrik
3
Memiliki berat 2,2 gram, sangat aktif bergerak. Pada jangkrik 3
kedudukan eosin sempat bergerak keluar pada menit ke-6. Karena perubahan
suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke
arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini
diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak
besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung
spesimen.
Jangkrik
4
Memiliki berat 1,7 gram, aktif bergerak. Jangkrik 4 memiliki laju
pernafasan yang paling cepat. Meskipun memiliki berat paling sedikit dalam
percobaan ini tetapi faktor aktivitas sangat berpengaruh terhadap laju
pernafasan ketimbang berat badan jangkrik.
VII. Pembahasan
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan
respirometer, digunakan larutan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk
mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan eosin benar-benar
hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH
dengan CO2 adalah sebagai berikut:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup
dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa
berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak ke arah
tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup
(tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap
sedangkan CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH.
Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme
(serangga) yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi
organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data
yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil
tiap 2 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh larutan eosin
bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2
dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval
berikutnya.
Keberhasilan percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor
tidaknya alat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian berskala
ditutup rapat menggunakan plastisin. Tujuan pemberian plastisin atau vaselin
yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta udara tidak
dapat keluar masuk.
Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas)
menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali
ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu
perubahan suhu tidak
besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung
spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan
dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan
tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi
respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.) Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan
memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2.) Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin
rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat
dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki
laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3.) Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen
yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.
4.) Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea
yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke
seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh.
Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke
seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2dan CO2 dalam
system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk
dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya
pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi
otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
5.) Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus.
Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang
besar.Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada
pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin
lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat
tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin
cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin
lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih
banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh
belalang atau jangkrik tidak mempengaruhi laju pernapasan. Semakin
besar ukuran dan berat tubuh belum tentu semakin cepat pernapasannya.
Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada belalang yang
ukurannya lebih besar dan lebih berat daripada jangkrik, memberikan hasil yang
tidak sebagaimana mestinya. Karena pada belalang yang berukuran lebih
besar daripada jangkrik melakukan aktifitas yang berkemungkinan
banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan
dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari serangga
juga memengaruhi laju pernapasan. Akan tetapi, hasil praktikum menunjukkan
bahwa belalang yang berukuran lebih besar pernafasannya lebih lambat daripada
jangkrik yang aktif bergerak. Seharusnya semakin berat/ besar ukuran
serangga, oksigen yang butuhkan akan semakin banyak karena untuk melakukan
aktifitas yang banyak bergerak sehingga laju respirasinya akan lebih cepat.
Sehingga kami menyimpulkan bahwa selain berat, aktivitas juga sangat
berpengaruh terhadap laju pernafasan serangga.
Pada pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa data hasil
praktikum yang telah kami buat belum sepenuhnya akurat. Kesalahan atau
kegagalan percobaan dapat disebabkan karena :
§ Alat
praktikum tidak berfungsi secara maksimal/ rusak.
§ Adanya
air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi
§ Serangga
yang digunakan sudah tidak bugar/ sehat atau serangga diambil sehari sebelum
praktikum
VIII. Pertanyaan
1. Buatlah grafik kecepatan laju respirasi hewan !
2. Buatlah grafik yang menghubungkan berat badan terhadap
kecepatan laju respirasi !
3. Apakah fungsi penggunaan KOH/NaOH dalam rangkaian alat
percobaan ?
4. Apa akibatnya jika dalam rangkaian alat percobaan tidak
dimasukkan NaOH/KOH ?
5. Mengapa pada sambungan antara tabung dengan pipa respirometer
dioleskan vaselin ?
6. Apakah volume udara pada interval waktu setiap 2 menit
berjumlah sama ? Jelaskan data pengamatan !
7. Apakah berat tubuh serangga berpengaruh pada jumlah volume
udara pernafasan ? Jelaskan !
8. Apakah jenis-jenis serangga yang berbeda akan berpengaruh pada
kekuatan penghirupan udara pernafasan ?
9. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh pada jumlah volume udara
pernafasan ?
Jawaban :
1.
2.
3. Fungsi dari larutan ini
adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan eosin
benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
4. Maka pernafasan pada
jangkrik akan berlangsung lama karena tidak ada yang menyerap CO2.
5. Tujuan pemberian plastisin
atau vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta
udara tidak dapat keluar masuk.
6. Tidak, berdasarkan data
pengamatan yang dilakukan jumlah udara pernafasan setiap interval 2 menit
memiliki jumlah yang berbeda-beda
7. Berdasarkan data pengamatan
yang dilakukan, berat jangkrik tidak berpengaruh terhadap jumlah volume udara
pernafasan. Hal yang paling mempengaruhi adalah aktivitas dari jangkrik itu
sendiri.
8. Tidak, yang paling
mempengruhi adalah berat, jenis kelamin dan aktivitas.
9. 1.) Jenis
kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan
memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
2.) Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin
rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat
dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki
laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3.) Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen
yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.
4.) Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea
yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke
seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh.
Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke
seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2dan CO2 dalam
system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk
dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya
pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi
otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
5.) Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus.
Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang
besar.Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada
pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin
lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat
tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin
cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin
lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia
lebih banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
IX. Kesimpulan
Pada proses respirasi
menghasilkan karbondioksida (CO2), uap air (H2O) dan
sejumlah energi. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 +
6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa KOH dapat membantu mempercepat
proses pernapasan pada belalang, dan tidak terdapat hubungan antara berat
(ukuran/besar) serangga dengan kecepatan pernafasannya, hal ini terlihat dari
hasil percobaan semakin berat (besar) tubuh jangkrik belum tentu semakin banyak
oksigen yang di butuhkan, sehingga belum tentu cepat pernapasannya. Sebaliknya,
Semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka belum tentu sedikit
pula oksigen yang ia butuhkan sehingga belum tentu pernapasannya menjadi
lambat. Berdasarkan percobaan aktivitas serangga sangat mempengaruhi laju
pernafasan ketimbang berat badan serangga, aktivitas serangga sangat
mempengaruhi jumlah oksigen yang dibutuhkan.
Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi adalah
kegiatan tubuh dan suhu tubuh dari serangga.
Akan tetapi, dalam
percobaan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pembahasan untuk mengukur laju
respirasi ini. Kami menemukan banyaknya kejanggalan dari hasil pengamatan
dengan teori yang kami dapat sebelumnya. Berikut adalah, beberapa uraian yang
memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktikum kali ini :
1. Kurang telitinya dalam proses
penghitungan waktu, atau pada saat memasukan eosin ke dalam pipa/ respirometer,
waktunya tidak tepat.
2. Di dalam pipa/ respirometer
terdapat gelembung air, sehingga menghambat
masuknya O2.
3. Kesalahan dalam pengukuran
berat serangga.
4. Kesalahan dalam pembersihan
alat percobaan.
Daftar Pustaka
Ø Aryulina, Diah., Choirul Muslim dan Syalfinaf Manaf.2010.Biology
2B for Senior High School Grade XI Semester 2.Jakarta:Esis.
Ø Syamsuri, Istamar.,dkk.2007.Biologi untuk SMA Kelas XI
Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Ø Reza Fredo Simarmata. Praktikum Respirasi Serangga.
(Online). (http://biologipedia.blogspot.com/2012/03/praktikum-respirasi-serangga.html/
No comments:
Post a Comment