ORGANISASI-ORGANISASI YANG DIBUAT JEPANG DI INDONESIA


Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, Jepang membuat beberapa organisasi di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu :

A. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
  • Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A yang memiliki tiga arti, yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia. Gerakan Tiga A didirikan tanggal 29 Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin.

Pada awal gerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia, tetapi akhirnya sikap baik itu berubah. Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia, melainkan demi kepentingan pemerintahan Jepang yang sedang menghadapi perang dengan Sekutu. Setelah pemerintah Jepang melihat betapa besarnya pengharapan bangsa Indonesia akan kemerdekaan, maka Jepang mulai membuat berbagai propaganda yang terlihat seolah-olah Jepang memihak kepentingan bangsa Indonesia.

Dalam menjalankan aksinya, Jepang berusaha untuk bekerja sama atau kooperatif dengan para pemimpin bangsa. Cara ini digunakan agar para pemimpin nasionalis dapat merekrut massa dengan mudah dan pemerintah Jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin bangsa.

Namun dalam perjalanannya, gerakan Tiga A kurang mendapat simpati dari kalangan masyarakat Indonesia karena bukan gerakan kebangsaan Indonesia. Inilah yang menyebabkan gerakan Tiga A tidak bertahan lama. Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerja sama kepada tokoh-tokoh nasional Indonesia. Tawaran kerjasama yang dimaksud adalah dengan mendirikan Putera. Dengan kerja sama ini, pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditahan dapat dibebaskan, di antaranya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, dan lain-lain.

  • Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)
Tawaran kerja sama yang ditawarkan pemerintahan Jepang pada masa itu, disambut hangat oleh para pemimpin bangsa. Sebab menurut perkiraan mereka, suatu kerja sama di dalam situasi perang adalah cara terbaik. Pada masa ini, muncul empat tokoh nasionalis yang dikenal dengan sebutan Empat Serangkai, mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hattta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Empat tokoh nasionalis ini lalu membentuk sebuah gerakan baru yang dinamakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Putera resmi didirikan pada tanggal 16 April 1943. Gerakan yang didirikan atas dasar prakarsa pemerintah Jepang ini bertujuan untuk membujuk kaum nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membantu Jepang dalam menghadapi perang dengan Sekutu. Dengan adanya pemimpin orang Indonesia pada Putera diharapkan mampu menarik dukungan dari rakyat Indonesia.

Gerakan Putera tidak mendapat bantuan dana operasional dari pemerintahan Jepang. Akan tetapi, pemimpin bangsa Indonesia mendapat kemudahan untuk menggunakan fasilitas Jepang yang ada di Indonesia, seperti radio dan koran. Dengan cara ini, para pemimpin bangsa dapat berkomunikasi secara leluasa kepada rakyat. Sebab, pada masa ini radio umum sudah banyak yang masuk ke desa-desa. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat Indonesia untuk menyambut kemerdekaan pada masa yang akan datang. Namun, gerakan ini hanya mampu bertahan selama setahun, sampai akhirnya dibubarkan oleh Jepang karena dianggap tidak menguntungkan untuk Jepang dan lebih menguntungkan rakyat Indonesia. Sebagai gantinya Jepang kemudian membentuk Jawa Hokokai.
  • Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Setelah Putera dibubarkan, Jepang kemudian membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) pada tanggal 1 Maret 1944. Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir atau pun batin sesuai dengan hokosisyin (semangat kebaktian). Adapun yang termasuk semangat kebaktian itu di antaranya: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti.

Organisasi ini dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah, yang berarti organisasi Jawa Hokokai diintegrasikan ke dalam tubuh pemerintah. Organisasi ini mempunyai berbagai macam hokokai profesi, di antaranya Izi hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian Para Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita), Keimin Bunka Syidosyo (Pusat Budaya) dan Hokokai Perusahaan.

Struktur kepemimpinan di dalam Jawa Hokokai ini langsung dipegang oleh Gunseikan, sedangkan di daerah dipimpin oleh Syucohan (Gubernur atau Residen). Sebagai penasihat utama Jawa Hokokai ditujuklah Soekarno. Pada masa ini, golongan nasionalis disisihkan, mereka diberi jabatan baru dalam pemerintahan. Akan tetapi, segala kegiatan yang dilakukan memperoleh pengawasan yang ketat dan segala bentuk komunikasi dengan rakyat dibatasi.


B. Organisasi Kemiliteran
  • Peta 
Pasukan Pembela Tanah Air atau Peta adalah organisasi militer yang dibentuk Jepang di Indonesia untuk mempertahankan Indonesia dari tangan Sekutu. Peta dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Peranan dan sumbangsih Peta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat besar. Banyak tokoh penting Indonesia yang merupakan lulusan Peta, seperti Jenderal Besar Soedirman, mantan Presiden Soeharto, dan Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani. Peta akhirnya dibubarkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
  • Seinendan 
Seinendan adalah organisasi semi militer yang didirikan pada tanggal 29 April 1943. Orang-orang yang boleh mengikuti organisasi ini adalah pemuda yang berumur 14-22 tahun. Seinendan memiliki anggota sekitar 3500 pemuda yang berasal dari seluruh Jawa. Tujuan didirikannya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan menggunakan tangan dan kekuatannya sendiri. Tetapi, dibalik itu semua ada maksud terselubung diadakannya pendidikan dan pelatihan pada para pemuda Indonesia, yaitu guna mempersiapkan pasukan cadangan untuk kepentingan Jepang di Perang Asia Timur Raya melawan Sekutu. Dalam pertahanan peperangan Seinendan memiliki fungsi sebagai barisan cadangan yang mengamankan barisan belakang.
  • Fujinkai
Fujinkai adalah organisasi semi militer yang beranggotakan para wanita yang dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggota Fujinkai minimal harus berusia 15 tahun. Pembentukan Fujinkai diprakasai oleh isteri pegawai daerah dan diketuai oleh isteri-isteri kepala daerah tersebut. Organisasi ini bertugas untuk mengerahkan tenaga perempuan turut serta dalam memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib. Dana wajib dapat berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak atau pun keperluan-keperluan lainnya yang digunakan untuk perang.
  • Keibodan
Organisasi ini didirikan bersamaan dengan didirikannya Seinendan, yaitu pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya adalah para pemuda yang berusia 25-35 tahun. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk membantu polisi Jepang pada masa penjajahan di Indonesia dalam keamanan dan ketertiban, seperti menjaga lalu lintas dan melakukan pengamanan desa. Untuk bisa menjadi anggota Keibondan harus memiliki badan yang sehat dan kepribadian yang baik.
  • Heiho
Heiho adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Anggota Heiho adalah para prajurit Indonesia yang ditempatkan pada organisasi militer Jepang. Mereka yang tergabung di dalamnya adalah para pemuda yang berusia 18-25 tahun. Heiho pada awal pembentukannya untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, karena semakin sengitnya pertempuran Jepang pada perang Asia Timur Raya, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan hingga ke Morotai dan Burma.


C. Organisasi Pemerintahan
  • Pembentukan BPUPKI dan PPKI
Kekalahan-kekalahan yang diterima Jepang, membuat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Jepang turut melemah. Mulai awal tahun 1943, di bawah perintah Perdana Menteri Tojo, pemerintahan Jepang diperintahkan untuk memulai penyelidikan akan kemungkinan memberi kemerdekaan terhadap daerah-daerah pendudukannya. Untuk itu, kerja sama dengan bangsa Indonesia mulai diintensifkan dan mengikutsertakan wakil Indonesia, seperti Soekarno dalam parlemen Jepang.

Pada tahun 1944, kedudukan Jepang semakin terjepit. Oleh karena itu, untuk mempertahankan pengaruh Jepang di negara-negara yang didudukinya, Perdana Menteri Koiso mengeluarkan Janji Kemerdekaan pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang parlemen Jepang di Tokyo. Sebagai realisasi dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada (pemimpin militer di Jawa) mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). BPUPKI diketuai oleh Rajiman Wedyodiningrat. BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang penting dan perlu bagi pembentukan negara Indonesia, misalnya saja hal-hal yang menyangkut segi ekonomi dan politik.

BPUPKI ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangan berikutnya, BPUPKI dibubarkan, lalu diganti dengan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini diresmikan sesuai dengan keputusan Jenderal Terauchi, yaitu seorang panglima tentara umum selatan, yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara pada tanggal 7 Agustus 1945.

Setelah itu, diadakanlah pertemuan antara Soekarno, M. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi di Dalat. Di dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi menyampaikan bahwa Pemerintah Jepang telah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia yang wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.






No comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *